Sabtu, 17 April 2010

Motivasi Belajar

Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses Belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi. Peranan motivasi dalam mempelajari tingkah laku seseorang besar sekali. Hal ini menurut Wisnusubroto disebabkan motivasi diperlukan bagi rein-forcement (stimulus yang memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki) yang merupakan kondisi mutlak bagi proses belajar, motivasi menimbulkan berbagai tingkah laku, dimana salah satu di antaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar yang efektif. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seorang siswa. Tidak ada seorangpun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.

1. Pengertian Motivasi


Motivasi menurut Sumadi Suryabrata dalam Jaali (2008:101) adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara Gates dalam Jaali (2008:101) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu.

Greenberg menjelaskan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan prilaku ke arah suatu tujuan. Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang baik sadar atau tidak sadar untuk melalukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Dari definisi di atas dalam motivasi terdapat tiga hal, yaitu :

1. Suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Setiap perubahan motivasi berakibat pada Perubahan tenaga di dalam sistem neoro fisiologis dari organisme manusia.
2. Ditandai oleh dorongan afektif, seperti lebih bersemangat
3. Ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan, yaitu tindakan nyata


2. Jenis-jenis Motivasi


Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Motivasi Intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu yang memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi juga telah menjadi kebutuhannya. Atau dengan kata lain, dikatakan motivasi intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari. Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik maka selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu pengetahuan.

Menurut Arden N. Frandsen (Baharuddin, 2007:23) yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain :

+ Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
+ Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
+ Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalnya orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain-lain sebagainya;
+ Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

2. Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri individu. Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar, kehormatan dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan tetapi sangat diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik.

3. Prinsip-prinsip Motivasi

Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar, yaitu :

1. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
2. Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar
3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar
5. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
6. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar

4. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka an belajar anak didik di kelas, yaitu :

1. Memberi angka/nilai
2. mengarahkhadiah
3. Kompetisi/persaingan
4. Memberi ulangan/evaluasi
5. Mengetahui hasil belajar
6. Pujian
7. Hukuman/sanksi
8. Piagam/sertifikat
9. Hasrat untuk belajar, gejala psikologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mengetahui sesuatu yang dipelajari.
10. Minat, suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu pelajaran atau kegiatan akan memperhatikan secara konsisten dengan rasa senang.


Daftar Referensi

Djaali, Dr. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakart., Bumi Aksara

Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2007. Teori Belajar dan Pembelejaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media Group

Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Teori -Teori Belajar

1. Teori Behaviorisme
behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
a. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
b. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
c. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3.Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

2. Teori Belajar Kognitif
Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan maslah, dan kesadaran
2.Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak seperti penyelesaian tugas rumah , hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.
3.Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu.
Selama perkembangaanya ada empat model teori kognitif yang paling berpengaruh dalam dunia pendidikan dewasa ini yaitu 1) Model belajar Penemuan (Brunner) (2) Model belajar Bermakna (Ausubel), (3) Model pemrosesan informasi (Gagne), dan (4) Model perkembangan Intelektual (Jean Piaget).

3. Teori Belajar Sosial
Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

4. Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam pandangan konstruktivisime, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Tokoh aliran ini adalah Piaget dan Vygotsky. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang aakan dimaknan berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak struktur penetahuan dalam otak manusia. Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi.
Menurut Vygotsky, belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting.
1.Belajar merupakaan proses secara biologi sebagai proses dasar.
2.Proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.
Menurut Vygotsky munculnya prilaku seseorang kaena intervening kedua elemen tersebut. Pada saat seseorang mendapat stimulus dari lingkungannya, ia akan menggunakan fisiknya berupa alat indranya untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut, kemudian dengan menggunakan saraf otaknya informasi yang telah diterima tersebut diolah . Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengelola informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik-psikologi sebagai elemen dasar dalam belajar.



Referensi

Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2007. Teori Belajar dan Pembelejaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media Group
Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka