Selasa, 18 Januari 2011

Metode Matematika (Mathematical methods)

Pada hakekatnya Matematika adalah ilmu yang bersifat abstrak. Hal yang abstrak ini tentunya akan menjadi kendala tersendiri bagi seseorang dalam memahaminya. Oleh karena itu matematika yang abstrak perlu dimanipulasi ke dalam bentuk nyata dengan menggunakan permasalahan sehari-hari yang biasa dijumpai oleh siswa dalam kehidupannya dengan tujuan membantu siswa dalam memahami suatu konsep yang diajarkan.

Menurut Tran Vui (2006: 1),
The knowledge, skills and mathematical methods are the foundation to achieve the knowledge on science, information and other learning areas where mathematical concepts are central; and apply mathematics in the real-life situations.

Pengetahuan, keterampilan dan metode matematika adalah fondasi untuk mencapai pengetahuan pada sains, informasi dan area belajar lain dimana konsep matematika adalah pusat dan pengaplikasian matematika dalam situasi kehidupan nyata.

Katagiri, (2006: 13) menjelaskan secara detail bahwa yang termasuk mathematical thinking terkait dengan metode adalah:
Inductive thinking, analogical thinking, deductive thinking, integrative thinking (including expansive thinking), developmental thinking, abstract thinking (thinking that abstracts, concretizes, idealizes, and thinking that clarifiesconditions), thinking that simplifies, thinking that generalizes, thinking that specializes, thinking that symbolize, thinking that express with numbers, quantifies, and figures

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa mathematical thinking terkait metode matematika adalah berpikir indukrif, analogi, deduktif, integrasi, mengembangkan pemikiran, abstraksi, menyederhanakan, generalisasi, mengkhususkan, menyimbolkan, dan menyatakan dengan angka, jumlah, dan gambar/bangun.

Sedangkan menurut Stacey, (2006: 1) mendefinisikan kategori ini sebagai,
1). Specializing (trying special cases, looking at examples), 2). Generalizing (looking for patterns and relationships), 3). conjecturing (predicting relationships and results), and 4). convincing (finding and communicating reason why something is true).

Proses berpikir matematika terdiri dari spesialisasi (mencoba kasus khusus, melihat contoh-contoh), generalisasi (mencari pola-pola dan hubungan), menduga (memprediksi hubungan dan hasil), dan meyakinkan (menemukan dan mengkomunikasikan alasan mengapa sesuatu itu benar).

Menilai metode matematika siswa pada pembelajaran matematika dapat menggunakan masalah-masalah kontekstual sebagai materi pengantar. Masalah-masalah kontekstual adalah soal-soal cerita yang berkaitan dengan masalah yang ditemui dalam kehidupan nyata setiap hari. Sebagaimana yang dijelaskan Krygowska (Bonomo, 2006: 3), bahwa “mathematics would have to be applied to natural situations, in which there appear real problems, and to solve itis necessary the use of the mathematical method”. Kalimat di atas menjelaskan bahwa matematika seharusnya diterapkan pada situasi alami, di mana akan muncul masalah nyata, dan untuk menyelesaikannya diperlukan penggunaan metode matematika.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat kita pahami bahwa mathematical thinking yang berkaitan dengan metode matematika adalah proses berpikir matematika dengan menggunakan prinsip-prisip matematika dalam menyelesaikan setiap permasalahan matematika seperti berpikir induktif, deduktif, abstraksi, analogi, menyederhanakan, integratif. Salah satu hal yang bisa memunculkan (eliciting) metode matematika siswa adalah dengan memberikan pertanyaan non rutin, artinya untuk menyelesaikan masalah tersebut, siswa tidak langsung menemukan jawabannya tetapi melalui proses berpikir dan membutuhkan penalaran. Soal yang baik adalah soal kontekstual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar