Selasa, 18 Januari 2011

Sikap Matematika (Mathematical attitudes)

Salah satu tujuan pendidikan matematika adalah pembentukan sikap siswa. Olehnya itu, sudah sepatutnya dalam proses pembelajaran matematika perlu diperhatikan sikap siswa terhadap matematika. Hal ini penting mengingat sikap positif terhadap matematika akan berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika

Sikap adalah merupakan suatu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan program pembelajaran matematika. Seseorang yang memiliki sikap positif akan menunjukkan tindakan yang selalu mengarah pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Salah satu hal yang perlu diperhatikan seorang pengajar dalam mensukseskan pembelajarannya adalah menciptakan suatu kondisi dan iklim pembelajaran yang bisa merangsang dan meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika.

Menurut Sax (1989: 493), “an attitude was defined as a preference along a dimension of favorableness to unfavorableness to a particular group, institution, concept, or object”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan pada sebuah dimensi dari yang disukai sampai yang tidak disukai pada suatu kelompok, institusi, konsep, dan objek tertentu.

Nitko (2007: 451), menegaskan konsep sikap bahwa “Attitudes are characteristics of persons that describe yheir positive and negative feelings toward particular objects, situations, institutions, persons, or ideas”. Sikap adalah karakteristik dari sesorang yang menggambarkan perasaan positif dan negatif mereka terhadap objek, situasi, institusi, seseorang atau ide tertentu.

White, et al. (2006: 2) menyatakan bahwa “attitudes indicate a person’s judgment of performing the behavior as good or bad or that the person was in favour of or against performing the behavior”. Sikap menunjukan keputusan seseorang yang ditunjukkan dalam hal baik atau buruk terhadap sesuatu dalam bentuk perilaku menyokong atau menentang.

Zan & Martino (2007: 2) menyatakan, “attitude toward mathematics is therefore seen as the pattern of beliefs and emotions associated with mathematics”. Sikap terhadap matematika dilihat sebagai pola hubungan dari kepercayaan dan emosi dengan matematika.

Maaß & Schlöglmann. (2009: 22), menjelaskan bahwa “Attitudes may be considered either as propensities toward certain patterns of behavior, or ropensities toward certain kinds emotional feelings in particular domains, e.g. in relation to mathematics”. Dari pernyataan di atas dapat kita pahami bahwa sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan terhadap pola tertentu dari tingkah laku atau respon terhadap jenis rasa emosi tertentu dalam domain khusus misalnya yang berhubungan dengan matematika.

Menurut Arcavi (2006: 2), “mathematical thinking related attitudes is intellectual predispositions towards doing mathematics and solving problems including perspectives on what are mathematics and mathematical activity”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sikap matematika adalah kecenderungan intelektual terhadap matematika dan pemecahan
masalah, termasuk perspektif tentang apa matematika dan aktivitas matematika.

Khalik (2006: 2), menjelaskan pentingnya sikap matematika dalam pembelajaran matematika,

Mathematical attitudes is a very important affective factor in determining students’ behavior in mathematical thinking and problem solving because students’ attempts in mathematical thinking depend on how interested they are in problem solving or the lesson.

Khalik menjelaskan bahwa sikap matematika adalah faktor afektif yang sangat penting dalam menentukan perilaku siswa dalam pemikiran matematika dan pemecahan masalah karena upaya siswa dalam pemikiran matematis tergantung pada bagaimana mereka tertarik dalam pemecahan masalah atau pelajaran.
Defenisi sikap matematika dipertegas oleh Katagiri (2006: 12) bahwa

Mathematical thinking is like an attitude, as in it can be expressed as a state of “attempting to do” or “working to do” something. It is not limited to results represented by actions, as in“the ability to do,” or “could do” or “couldn’t do” something.

Katagiri menegaskan bahwa mathematical thinking seperti sebuah sikap, di dalamnya dapat dinyatakan sebagai keadaan "mencoba untuk melakukan" atau "bekerja untuk melakukan" sesuatu. Hal ini tidak terbatas pada hasil yang diwakili oleh tindakan, seperti dalam "kemampuan untuk melakukannya," atau "bisa melakukan" atau "tidak bisa melakukan" sesuatu.

Lanjut menurut Katagiri (2006: 13), bahwa sikap matematika meliputi:

a. Attempting to grasp one’s own problems or objectives or substance clearly, by oneself
(1) Attempting to have questions
(2) Attempting to maintain a problem consciousness
(3) Attempting to discover mathematical problems in phenomena
b. Attempting to take logical actions
(1) Attempting to take actions that match the objectives
(2) Attempting to establish a perspective
(3) Attempting to think based on the data that can be used, previously learned items, andassumptions
c. Attempting to express matters clearly and succinctly
(1) Attempting to record and communicate problems and results clearly and succinctly
(2) Attempting to sort and organize objects when expressing them
d. Attempting to seek better things
(1) Attempting to raise thinking from the concrete level to the abstract level
(2) Attempting to evaluate thinking both objectively and subjectively, and to refinethinking
(3) Attempting to economize thought and effort


Dari beberapa pendapat para ahli d atas, dapat kita pahami bahwa sikap matematika merupakan suatu kencenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu aktifitas pemecahan masalah matematika. Perubahan sikap seorang siswa dapat diamati dalam proses pembelajaran.

Dalam konteks pemecahan matematika dan aktivitas matematika maka sikap matematika dapat diukur pada empat dimensi pengukuran sikap yang disintesis berdasarkan definisi-definisi di atas yaitu: (1) Memahami masalah dan tujuan serta substansi masalah dengan jelas secara mandiri, (2) Mencoba mengambil tindakan logis, (3) Mencoba untuk mengekspresikan hal-hal dengan jelas dan ringkas, (4) Mencoba mencari penyelesaian yang lebih baik.

Metode yang dianggap paling handal untuk mengungkap sikap seseorang adalah menggunakan daftar pernyataan-pernyataan dari penjabaran tiap indicator sikap matematika yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap.

4 komentar:

  1. Kalau bisa sertakan referensinya mas jangan hanya nama, tahun, halaman saja. Judul buku dll sehingga bisa dijadikan referensi ilmiah thanks.

    BalasHapus
  2. Buku Katagiri kita bisa dapet dimana ya???

    BalasHapus
  3. Tulisan Kayagiri berbentuk progress report bisa didownload di google ketik aja katagiri mathematical thinking

    BalasHapus
  4. Untuk bukunya yang tahun 2006, judulnya apa y? mkasih

    BalasHapus