Selasa, 01 Desember 2009

Awal dan Akhir

Oleh : Syahrul

Menurutku, Awal dan akhir merupakan bagian dari sebuah proses kehidupan. Kehidupan tidaklah harus makhluk hidup atau benda mati, tetapi sejatinya segala yang baik kita sadari ataupun tidak merupakan sebuah sub ranah kehidupan. Ontologi kehidupan pun tidak hanya sebatas kesadaran, dimana bila kita mati kehidupan kita pun akan berakhir. Namun kehidupan muncul sejak kita menyadari, bahwa diri kita adalah himpunan bagian dari semesta kehidupan. Episentrum masalahnya adalah dimanakah batas dari awal dan akhir pada sebuah kehidupan ?, Apakah Awal kehidupan berarti ketika alam raya diciptakan ?, atau apakah akhir kehidupan berarti pada saat alam semesta dihancurkan ?. Beragam pertanyaan inilah yang harus mendapat respon berimbang dari ruang akal kuatku

Aku sependapat dengan apa yang dikatakan Phytagoras bahwa segala sesuatu dalam alam raya tidak tertentu dan tidak menentu, baru setelah memiliki batas bentuk dan angka ia menjadi tentu dan pasti. sebuah batasan dimana keberadaan dan ketiadaan menjadi jelas untuk dipandang, sebuah keadaan yang dapat memicu pertanyaan apakah diri kita ada atau tiada. Kesemuanya itu tidak luput dari balik kemungkinan dan semua ilmu fakta yang ada menjadi fana, ataupun sebaliknya. Karena bila mimpi dan kenyataan bercampur, maka sang dunia pun tidak akan kuat menahannya.

Namun keraguan kembali menghampiriku dan mencoba menggerogoti argumen-argumenku seakan ingin meruntuhkan bangunan prognosa yang telah kubangun. Keraguanku hadir setelah membaca pendapat immanuel Kant yang dapat membuktikan bahwa dunia mempunyai permulaan, berikut salah satu kutipan pendapatnya : “Jika kita mengasumsikan bahwa dunia tidak mempunyai awal pada waktunya, lalu naik ke setiap momen yang selamanya telah berlalu, dan ada yang meninggal dunia dalam rangkaian yang tak terbatas atau berturut-turut. Rangkaian kenyataan diatas tidak pernah dapat diselesaikan melalui sintesis berturut-turut. Dengan demikian berarti bahwa tidak mungkin bagi dunia yang tak terbatas seri telah berlalu, dan menandakan bahwa itu merupakan awal dunia karena hal tersebut merupakan syarat yang diperlukan dunia keberadaan. Ini adalah titik pertama yang disebut bukti. Mengenai titik kedua, marilah kita lagi menganggap sebaliknya, yaitu, bahwa dunia adalah diberikan tak terbatas seluruh rekan-hal yang ada. Sekarang besarnya kuantum yang tidak diberikan pada intuisi [yaitu persepsi] seperti di dalam batas-batas tertentu, dapat dianggap hanya melalui sintesis bagian-bagiannya, dan totalitas hanya semacam kuantum melalui sintesis yang dibawa ke penyelesaian melalui penambahan berulang dari unit ke unit lain. Dan oleh karena itu, untuk berpikir secara komprehensif , dunia yang memenuhi semua ruang, sintesis berturut-turut dari bagian-bagian dunia yang tak terbatas harus dilihat sebagai sudah selesai, yaitu waktu yang tak terbatas harus dilihat sebagai telah berlalu dalam pencacahan dari semua hal yang ada. Bagaimanapun ini adalah mustahil. Agregat tak terbatas dari hal-hal aktual dengan demikian tidak dapat dipandang sebagai suatu keseluruhan, atau akibatnya seperti yang diberikan secara bersamaan. Dunia, berkenaan dengan perluasan di angkasa, tidak terbatas, tetapi tertutup dalam batas…” Demikian argumen pembuktian seorang Immanuel Kant tentang dunia mempunyai permulaan.

Dibalik keraguanku terbersit sinar keyakinan bahwa Awal dan akhir bukanlah suatu perbandingan jarak. Tapi lebih merupakan sebuah batasan pemikiran yang dianugerahkan oleh sang pencipta. Yang kadang menggiring kita melupakan hal yang sangat esensial dibalik kedua kata tersebut, yaitu semesta antara awal dan akhir. Antara awal menggapai akhir terdapat sebuah proses yang berulang. Siklus proses dimana sesuatu yang sudah terjadi terus berulang seperti putaran roda. Ya , itulah “roda kehidupan”. Dimana awal dan akhir sangat sulit dibedakan, dengan kala lain awal dari sesuatu menjadi akhir dari yang lain dan akhir dari yang lain merupakan awal dari sesuatu dan terus berulang tak terbatas ruang dan waktu. Dan yang harus menjadi sentral perhatian kita pada roda kehidupan adalah pusatnya (titik dimana roda tidak berputar). Jika kita ingin mengetahui penyebab sesuatu bergerak maka terlebih dahulu kita mempunyai bekal pengetahuan tentang apa yang menyebabkan sesuatu berhenti. Kita mesti tahu sesuatu yang kecil dulu, sebelum mengetahui sesuatu yang besar. Itulah rahasia dibalik titik dimana roda tidak berputar. karena arti titik yang sebenarnya adalah batasan antara keberadaan dan ketiadaan.

Jika difikir lebih jauh lagi, apa yang menyebabkan siklus kehidupan terus berulang ? apakah siklus tersebut bergerak secara otomatis ataukah ada kekuatan yang menggerakannya? kedua pertanyaan tersebut merupakan batasan pertanyaan yang ada. Yang jawabannya tertuju pada satu hal yang tidak bisa dielakkan. yaitu Sang Pencipta.

Ontologi manusia adalah sebuah batasan, karena sejatinya yang menentukan awal dan akhir adalah manusia itu sendiri. ketiadaan mereka hanyalah ilusi semata. Yang terselebung dari kepastian dan ketidakpastian adalah keraguan. Jadi sebenarnya manusia berfikir ada awal dan akhir ataupun sebenarnya tidak ada awal dan akhir. Itulah batasan, itulah keraguanku, itulah ontology berpikirku.

Sumber :
- Ahmad Tafsir, 2000, Filsafat Umum, PT Remaja Rosdakarya Bandung. Bandung
- Rizal-Misna, 2008, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajara Yogyajarta, Yogyakarta
- Louis O. Katttsoff, 2004, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta
- http://www.powermathematics.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar